4. Apa sudut
pandang baru melihat kebudayaan ?
Geertz
mengatakan bahwa kebudayaan itu "merupakan sistem mengenai
konsepsi-konsepsi yang diwariskan dalam bentuk simbolik, yang dengan cara ini
manusia dapat berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan
sikapnya terhadap kehidupan" (idem).
Pemosisian
kebudayaan sebagai sistem simbol ini mengan-dung empat persoalan penting, yang
perlu dibicarakan dalam kesempatan ini, yang kemudian menjadi dasar argumen
dalam buku ini.
- Pertama, tentang batas-batas dari ruang budaya yang mempengaruhi pembentukan simbol dan makna yang ditrasmisi-kan secara historis tersebut. Berbagai bentuk ekspresi kebudayaan dalam konteks ini berada dalam suatu wilayah kebudayaan yang batas-batasnya mengalami suatu pergeseran yang dinamis.
- Kedua, batas-batas dari kebudayaan tersebut yang menentukan konstruksi makna dipengaruhi oleh hubungan kekuasaan yang melibatkan sejumlah aktor. Makna dalam hal ini dibangun dan bahkan diubah dalam suatu ruang dengan serangkaian pilihan nilai dan kepentingan yang dimiliki oleh masing-masing aktor atau agen dengan tingkat kekuasaan yang berbeda.
- Ketiga, pola hubungan kekuasaan ini kemudian mengejawantah dalam iden-titas kelompok dan kelembagaan, yang menjadikannya realitas objektif dan menentukan cara pandang antarkelompok.
- Keempat, identitas yang terbentuk melalui serangkaian simbol selain di-terima juga menjadi objek pembicaraan, perdebatan, dan gugat-an yang menegaskan perubahan yang mendasar dalam batas-batas kebudayaan. Sifat relatif bukan saja menjadi bagian dari ruang negosiasi atas berlakunya suatu nilai dan praktik, tetapi juga menjadi titik penting bagi perubahan masyarakat secara mendasar di mana makna-makna mengalami pergeseran dari waktu ke waktu menuju suatu arah yang bersifat debatable dan kontes-tatif.
Konsep
kebudayaan sangat penting dalam cultural studies, namun tidak ada makna 'yang
persis' atau definitif yang melekat padanya. Ketika mendeskripsikan kebudayaan
sebagai satu, atau dua agau tiga dari kata yang paling rumit dalam bahasa
Inggris', Williams (1983) menunjukkan karakter yang berbantahan dari kebudayaan
dan cultural studies. Kebudayaan tidak 'di luar sana’ dan sedang menunggu
dideskripsikan secara tepat oleh teoretisi yang selalu salah memahaminya.
Namun, konsep kebudayaan adalah suatu alat yang kurang lebih dapat kita gunakan
sebagai sebuah bentuk kehidupan. Konsekuensinya, pemakaian dan maknanya terus
berubah sebagaimana pemikir yang berharap dapat 'melakukan’ hal yang
berbeda-beda dengannya. Kita seharusnya tidak bertanya 'apa itu' kebudayaan,
nanun bagaimana bahasa kebudayaan digunakan dan apa tujuannya.
5. Bagaimana
hubungan Cultural Studies (CS) dengan teori-toeri sosial ?
Metode
dan pendekatan yang sering digunakan dalam cultural studies antara lain
Marxisme {cultural Marxism), semiotika, analisis wacana (,discourse
analysis), posmodernisme (pos-strukturalisme), pos-kolonialisme, feminisme,
dari lain sebagainya.
Critical discourse Analysis, dengan demikian bisa dinilai
sebagai bagian dari critical cultural studies, yang
melihat produksi dan distribusi budaya-termasuk artefak budaya semacam teks
isi media –selalu berlangsung dalam hubungan domonasi
dan subordinasi. Oleh Karena itu pula Critical Discourse Analysis
memiliki asumsi epistemology dan ontologi tersendiri ; sehingga juga membawa implikasi
metodologis yang khas yang berbeda dengan asumsi-asumsi paradigmatik analisis wacana
dalam perspektif positivis ataupun kontruktivis.
Analisis kritis terhadap wacana (critical discourse Analysis)
–sebagai tipe analisis wacana yang terutama sekali mempelajari bagaimana
kekuasaan disalahgunakan, atau bagaimana dominasi serta ketidakadilan
dijalankan dan direproduksi melalui teks dalam sebuah konteks sosial
politik-sebenarnya merupakan bagian dari upaya untuk mengembalikan studi-studi
budaya (cultural
studies, khususnya yang dikembangkan di inggris) ke dalam akar-akar
tradisinya sebagai studi kritis (critical studies) dalam
perkembangannya, khususnya awal dekade 1980-an, studi-studi budaya memang
semakin berpaling dari tradisi teori-teori kritis. Konteks idiologi serta
dinamika ekonomi-politik sistem produksi semakin lenyap tertelan interogasi
teks yang sedemikian intens dilakukan para praktisi analisis wacana.
Lenyap pula konteks politik makro dari analisis wacana yang mereka
lakukan. Kalaupun faktor kekuasan politik dipersoalkan dalam
analisis mereka, maka itu umumnya hanya dalam konteks mikro dan lokal.
6. Apa metodologi dalam Cultural Studies?
Secara keseluruhan, cultural studies lebih
memilih metode kualitatif dengan fokus pada makna kultural. Karya-karya dalam
cultural studies terpusat pada tiga macam pendekatan:
- etnografi, yang sering kali dikaitkan dengan pendekatan kulturalis dan lebih menekankan 'pengalaman nyata';
- beberapa macam pendekatan tekstual, yang cenderung memanfaatkan semiotika, pascastrukturalisme dan dekonstruksi Derridean;
- beberapa studi resepsi (reception studies), yang akar teoretisnya bersifat eklektis.
7. Apa subjek kajian
dan karakteristik cultural studies?
Subjek dari Cultural Studies
Titik pijakannya adalah sebuah gagasan
tentang budaya yang sangat luas dan mencakup segala hal yang digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari aneka praktik, keterbatasan dalam prinsip,
teori, dan metode. Tidak memilki teori dan metodeloginya sendiri berfungsi
meminjam secara bebas dari disiplin ilmu sosial, humaniora dan seni mengambil
teori antropologi, sosiologi, psikologi linguistik, kritisme sastra, teori seni
filsafat, ilmu politik dan mistologi. Itulah sebabnya Cultural Studies
sering digambarkan sebagai “anti disiplin” –cara penyelidikan yang tidak
mengikuti baju pengekang disiplin-disiplin yang terlembagakan.
Karakteristik Cultural
Studies
1)
Cultural
Studies bertujuan mengkaji pokok persoalannya dari
sudut praktik kebudayaan dan hubungannya dengan kekuasaan
2)
Cultural
Studies tidak hanya studi tentang budaya, seakan-akan
ia merupakan entitas tersendiri yang terpisah dari konteks sosial dan
politiknya
3)
Budaya dalam Cultural
Studies selalu menamlpilkan dua fungsi: ia sekligus merupakan objek studi
maupun lokasi tindakan dan kritisme politik.
4)
Berupaya
mendamaikan pengotakan pengetahuan mengasumsikan suatu identitas bersama dan
kepentingan bersama.
5)
Melibatkan
dirinya dengan evaluasi moral masyarakat modern dan dengan garis tindakan
poitik.
8. Bagaimana
sejarah Cultural Studies di Inggris?
A. Cultural
Studies di Inggris
Awal berkembangnya cultural studies
Inggris memang tak dapat dilepaskan dari pengaruh New Left yang muncul
sebagai respons Inggris terhadap invasi Rusia atas Hongaria pada 1956.
Intelektual Kiri Baru mencoba memikirkan bagaimana budaya kelas bekerja tidak
didominasi budaya kapitalis, dan dengan demikian budaya kapitalis dengan
medianya dilucuti habis-habisan—meskipun tak pernah habis, yang membuat orang
juga bertanya-tanya tentang keseriusan cultural studies untuk
benar-benar menghancurkan budaya kapitalis.
Centre for Contemporary Cultural Studies (CCCS)
yang dimotori oleh Richard Hogart adalah sebuah lembaga yang didekengi oleh
para ilmuwan kritis yang menganggap bahwa kritik terhadap budaya kapitalis
harus dilakukan dengan gerakan politis dan memiliki basis intelektual yang
kuat. Sebagaimana dikatakan Hanno Hardt (1992), " Cultural studies adaJah
sebuah kritik yang khas Inggris terhadap budaya kontemporer di dalam Marxisme
Barat yang menampilkan kualitas dan intensitas komitmcn intelektual untuk
mengkritik dominasi ideologi dan kekuasaan politik.
Pada tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an,
terjadi kebangkitan radikalisme di Inggris. Keberadaan kaum imigran juga
memunculkan ketegangan rasial dan masalah-masalah sosial lainnya menumpuk.
Terjadi kritik tajam terhadap ancaman perang nuklir. Juga, mulai muncul
kesadaran bahwa industri media semakin mengalami pemusatan kekuasaan. Inilah
yang memunculkan gerakan yang kemudian dikenal dengan "Kiri Baru",
yang menurut Perry Anderson kemunculannya adalah suatu fenomena yang jelas
Inggris, di Iuar konteks ekonominya dan leluhur budayanya. Gerakan intelektual
ini berhubungan dengan gerakan buruh dan pikirannya meluas di kalangan kelas
pekerja dan anak muda kelas menengah.
Sumber :
Baker, Chris. 2008. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta : Kreasi Wacana.
Hasan, Sandi Suwardi. 2011. Pengantar
Cultural Studies Sejarah, Pendekatan Konseptual & Isu menuju Studi Budaya
Kapitalisme Lanjut. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Analisis Wacana (Critical Discourse Analysis).
Diakses pada tanggal 25 Mei 2017, dari : http://karyatulisilmiah.com/analisis-wacana-critical-discourse-analysis/
Dinata, Okto. Resume Buku “ Mengenal
Cultural Studies For Beginners”. Diakses pada tanggal 25 Mei 2017, dari
: http://oktodinata.blogspot.co.id/2011/11/resume-buku-mengenal-cultural-studies.html
Cultural Studies
Reviewed by auliaasyarifah
on
Mei 27, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: